SEJARAH SINGKAT DESA PANGALENGAN | KERTAMANAH

    Negara Republik Indonesia merupakan Negara Agraris dimana mayoritas penduduknya bermata-pencaharian bercocok tanam.Demikian pula halnya dengan penduduk Desa Pangalengan,sejak jaman dahulu terkenal sebagai petani sayur-mayur.

    Disamping daerah Pangalengan sebagai penghasil sayur-mayur, juga terkenal sebagai produsan Teh dan Kina yang sudah terkenal sejak jaman penjajahan Belanda, dari kedua jenis Perkebunan ini daerah Pangalengan memiliki sejarah yang khas dan tumbuh sebagai cerita yang turun temurun.

    Menurut cerita orang tua, bahwa tatkala tanah Pasundan dikuasai oleh Sultan Agung dari Mataram, daerah Pangalengan pun dengan sendirinya termasuk daerah kekuasaannya yang pada waktu itu yang menjadi Bupati Bandung adalah Demang Adisutra. Pada tahun 1811 Demang Adisutra menyerahkan kekuasaanya kepada Pemerintahan Belanda yang dipimpin oleh Daendels, selanjutnya Daendels memerintahkan kepada Bupati Bandung (waktu itu) RA. Wiranatakusumah dan Rd. Indrijadirdja untuk memindahkan Ibu kota Kabupaten Bandung dari Dayeuhkolot ke Dalem Kaum (Bandung). Hal ini dimaksudkan supaya Ibu Kota Kabupaten Bandung dekat dengan jalan raya (dalam Sejarah Nasional terkenal dengan sebutan Jalan Daendels), pemindahan Kabupaten Bandung ini terjadi pada tanggal 23 Mei 1811.

    Ketika itu Rd. Aria Natanegara yang menjadi Wedana Banjaran memerintahkan untuk dibuka tanah hutan disebelah selatan, pembukaan hutan ini mendapat bantuan dari Embah Esti dan Embah Nurbayin.

    Selanjutnya terwujudlah sebuah perkampungan yang diberi nama Pangalengan, yang konon nama tersebut diambil dari istilah pengalengan kopi yang pada waktu itu daerah Pangalengan banyak di tanam dan di produksi hasil Perkebunan Kopi. Dan yang memimpin Desa Pangalengan  adalah Mangun (1811-1870) yang diangkat sebagai Lurah Desa Pangalengan pertama.


    

Setelah keluar Undang-undang Agraria Belanda pada tahun 1870, maka membanjirlah modal asing Belanda ke daerah Pangalengan dengan cara membuka perkebunan dengan hak Erfakhnya. Secara berangsur-angsur lereng gunung dan hutan dibuka oleh Bangsa Belanda dan menjelmalah perkebunan seperti ; Pasirmalang, Pasir Yunghuhn, Purbasari, Wanasuka, Malabar, Kertamanah, Cinyiruan dan lain-lain. Pada saat itu hadir dua tokoh peletak dasar perkebunan tanaman kopi, kina dan teh, yaitu bosscha dan bosscha.


    Setelah Lurah Mangun meninggal dunia, maka sebagai penggantinya adalah Abu Said (1871-1916). Pada masa Pemerintahan Abdul Said inilah untuk pertama kalinya didirikan Sekolah Desa (SD) tiga tahun, selain itu dibangun pula pembukaan jalan yang menghubungkan Pangalengan dengan Ciwidey (Jalan Tembus Gambung).

    Selanjutnya Abdul Said digantikan oleh Marzuki Suradiredja (1916-1951) sebagai lurah Pangalengan. Pada masa Pemerintahan Marzuki Suradiredja pembangunan semakin berkembang dengan pesat ditandai dengan di bangunnya Toko dan Pasar Desa. Pada masa itu berkembang pula berbagai jenis kesenian seperti; Barongsay, Pencak silat, doger dan lain sebagainya.

    Ketika Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang pertama kali mengakui Kemerdekaan Republik Indonesia adalah Perkebunan Cinyiruan yang ditandatangani oleh M. Dahlan dan Yakob Kusumabrata. Pada waktu terjadinya perang Kemerdekaan daerah Pangalengan menjadi Pusat Pengembangan para Pemuda Bandung Selatan yang dipimpin oleh Yakob Kusumabrata yang sekaligus bertindak sebagai Komandan Batalyon.


    

Setelah meninggalnya Marzuki Suradiredja, Pemerintah Desa Pangalengan di pimpin oleh Lurah A.S. Ardiwijaya (1952- 1955) yang memerintah dalam waktu yang singkat, karena meninggal dunia.



     

Kemudian dilanjutkan oleh Lurah Adang (1955- 1965) pada jaman pemerintahan Lurah Adang ini untuk pertamakalinya terjadi musibah kebakaran Pasar Desa Pangalengan pada saat peristiwa pemberontakan DI/TII.Setelah Lurah Adang meninggal dunia, maka pada tahun 1968 dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa Pangalengan dan berhasil dipilih 



Lurah Endang S (1968-1983) yang jabatan sebelumnya adalah Juru Tulis II. Pada masa pemerintahannya terjadi dua kali pemekaran Wilayah Desa Pangalengan yaitu Tahun 1976 dengan terbentuknya Desa Sukamanah, serta tahun 1983 terbentuk Desa Margamukti dan Margamulya. 



Selanjutnya pada tahun 1985 setelah berakhirnya masa jabatan Endang S. diadakan Pemilihan Kepala Desa Pangalengan dan berhasil terpilih adalah Enen S (1985-1994) yang semula menjabat sebagai Sekretaris Desa. Pada masa Pemerintahan Enen S diadakan pembangunan jalan desa yang menghubungkan Cisurili-Cibunian, Ciwidara dan Langbong serta dibukanya jalan antara Sukamenak ke Cibeureum Empe. Dan pada masa itu dilakukan Memorandum of Understanding (MoU) mengenai pengelolaan Pasar Desa Pangalengan dengan Pihak Pemerintahan Kabupaten Bandung


Nandang Ruhimat, SH adalah Kepala Desa terpilih menggantikan Enen S setelah masa bhaktinya berakhir, beliau memimpin dari tahun 1994-2002., pada masa pemerintahannya ditindaklanjuti Program Penataan Kota Pangalengan yang dicetuskan dan diresmikan oleh Bupati Bandung H.U. Hatta Djati Permana di depan tokoh masyarakat Pangalengan pada tanggal 18 Agustus 1994,


Kemudian di bawah pemerintahan Ahmad Salimudin (2002-2007) Program Penataan Kota Pangalengan menjadi fokus kegiatan yang terus dirintis upaya perwujudannya sebagai satu-satunya cara membentuk wajah pembangunan Desa Pangalengan ke depan. 


Dra. Tati Yulian Domo (2007- 2013, 2013-sekarang) adalah wanita pertama yang memimpin Pemerintah Desa Pengalengan, terpilih menggantikan Ahmad Salimudin, ditangan beliaulah cita-cita para pemimpin Pemerintahan terdahulu dan cita-cita warga masyarakat Pangalengan dalam mewujudkan Program Penataan Kota Pengalengan, perlahan-lahan mulai diwujudkan, sejalan dengan beriringnya waktu dan selaras dengan perkembangan yang ada maka Program Penataan Kota Pangalengan diubah menjadi Program Penataan Desa Pangalengan, namun semuanya bukanlah hal yang mudah, rintangan dan kerikil tajam senantiasa mengiringi usaha dan upaya yang telah dilakukan, dukungan dan partisifasi warga masyarakat lah yang membuat semuanya dapat bertahan. 

    Pada tahun 2009 Desa Pangalengan terpilih sebagai juara I lomba Desa Tingkat Kabupaten Bandung, dan mewakili Kabupaten Bandung pada lomba Desa tingkat propinsi Jawa Barat, berkat kerja keras warga masyarakat dan semua pihak  ., Desa Pangalengan terpilih sebagai salah satu Desa penerima Bantuan Keuangan Program Desa Mandiri dalam Perwujudan Desa Peradaban dari 100 Desa se Jawa Barat. 

    Rabu, 02 September 2009 tepat jam 15.30 Wib sejarah kelam bagi warga Desa Pangalengan , gempa bumi 7,2 SR berpusat di Tasikmalaya, memporakporandakan ± 60 % Infrastruktur, tercatat 11 orang meninggal dunia, ratusan Kepala Keluarga harus tingal di tenda-tenda pengungsian, puluhan luka-luka, serta meninggalkan trauma berkepanjangan. Bangunan tua yang digunakan sebagai Pusat Pemerintahan Desa tidak luput dari musibah, melihat situasi dan kondisi bangunan, atas kesepakatan semua pihak bahwa bangunan / kantor Pemerintah Desa Pangalengan, diratakan dengan tanah, sebagai gantinya Kantor Pemerintahan Desa di pindahkan ke lokasi Terminal Pangalengan, tepatnya pada bulan Oktober 2011. 

    Tanggal 19 Nopember 2013, untuk kedua kalinya Dra. TATI YULIAN DOMO, dilantik sebagai Kepala Desa Pangalengan, untuk masa jabatan 2013-2019, setelah pada Pemilihan Kepala Desa Tahun 2013 memperoleh suara terbanyak. 

    Tahun 2019 Sejarah Desa Pangalengan mencatat bahwa pada Tanggal 20 Juli 2019, Pasar Desa Pangalengan yang telah berusia lebih dari setengah abad, pasar yang menjadi saski perkembangan ekonomi masyarakat desa Pangalengan, mulai dirobohkan, hal ini dilakukan sebagai awal dimulainya Revitalisasi Pasar Desa Pangalengan, dan Mewujudkan keinginan masyarakat memiliki Pasar Tradisional yang nyaman, nyaman bagi pedagang nyaman pula bagi konsumen, harapan lebih jauh adalah Pasar Tradisional mampu bersaing dengan Pasar Modern. 

    Hal yang paling membanggakan adalah pada tahun 2019 Desa Pangalengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, menduduki posisi ke 57 dari 100 Desa terbaik di Indonesia dalam penilaian Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI 

    Penilaian dilakukan atas dasar nilai IDM (Indeks Desa Membangun) yang dimiliki oleh masing-masing desa selama beberapa tahun terakhir. Hasilnya, Desa Pangalengan memiliki nilai IDM Tahun 2014 sebesar 0.8472 dan di Tahun 2019 sebesar 0.869 dengan status Desa Mandiri. 

    

26 Oktober 2019 Desa Pangalengan adalah salah satu Desa yang menyelenggarakan Pemilihan Kepala Desa Serentak dari 199 Desa di Kabupaten Bandung, AGUS SUPRIATNA, terpilih sebagai Kepala Desa Pangalengan untuk periode 2019-2025, secara Definitif dilantik oleh Bupati Bandung pada tanggal 29 Nopember 2019. 

    Penerbitan Sejarah singkat Desa Pangalengan ini disamping sebagai bahan pelajaran sejarah bagi generasi selanjutnya, juga dimaksudkan sebagai gambaran figur kepemimpinan desa dengan karya fenomenal yang diwariskannya. Sekian.-

Post a Comment

أحدث أقدم